cari-journey

Jumat, 05 Agustus 2011

Banda Aceh

Banda Aceh yang tahun 2004 lalu tertimpa musibah tsunami tampaknya kini mulai pulih dari sisi pembangunan atau secara fisik, mungkin belum pulih sepenuhnya secara mental, sudah pasti tragedi bencana alam tsunami itu telah menorehkan luka yang cukup dalam di hati warga Banda Aceh. Perjalanan kali ini membawa saya ke Banda Aceh, sayangnya saya tidak punya banyak waktu untuk merekam semuanya, hanya sehari waktu saya untuk total hunting di sekitar kota ini, karena waktu yang terlalu sedikit akhirnya saya memutuskan untuk mengunjungi sisa-sisa dari tsunami sebagai tema utamanya. Kondisi waktu yang hanya sebentar, cuaca yang mendung dan berita duka yang datang dari sahabat saya yang meninggal dunia di malam kedatangan saya ke Banda Aceh membuat mood saya agak sedikit menurun. Dan post ini saya dedikasikan untuk almarhum sahabat saya, Heri Purnomo a.k.a Black (evue bassist).

Banda Aceh dapat di capai dengan transportasi darat, udara dan air. Pada kesempatan kali ini saya tiba di Banda Aceh dengan menggunakan Pesawat yang berangkat dari Medan, Sumatera Utara. Aceh memiliki Bandara Internasional yang bentuknya seperti masjid dengan kubah diatasnya, setiap orang yang baru datang di Aceh dan melihat Bandara Sultan Iskandar Muda ini pasti akan bergumam "Aceh memang layak disebut sebagai Kota Serambi Mekkah"

Bandara Sultan Iskandar Muda *Taken with Canon EOS 50D + Tamron SP AF 17-50mm f/2.8 XR Di-II LD Aspherical (IF) + CPL (FL:17mm; F/13; 1/80sec; ISO-100)

Sebagai sebuah kota islami, sudah pasti Banda Aceh memiliki sebuah Masjid Raya yang besar dan terkenal, masjid itu bernama Masjid Raya Baiturrahman, yang diawal pembangunannya ditujukan sebagai masjid kesultanan Aceh.
 
Masjid Baiturrahman #1 *Taken with Canon EOS 50D + Tamron SP AF 17-50mm f/2.8 XR Di-II LD Aspherical (IF) + CPL (FL:17mm; F/20; 0.6 sec; ISO-100)
 
Masjid Raya Baiturrahman menjadi pusat dari kota Banda Aceh, memiliki sebuah menara yang sangat tinggi, bahkan sepertinya menara masjid tersebut adalah bangunan tertinggi di Banda Aceh.
Menara Masjid Baiturrahman #1 *Taken with Canon EOS 50D + Tamron SP AF 17-50mm f/2.8 XR Di-II LD Aspherical (IF) + CPL (FL:17mm; F/10; 1/80sec; ISO-100)

Menara Masjid Baiturrahman #2 *Taken with Canon EOS 50D + Tamron SP AF 17-50mm f/2.8 XR Di-II LD Aspherical (IF) + CPL (FL:17mm; F/10; 1/80sec; ISO-100)

Masjid Baiturrahman #2 *Taken with Canon EOS 50D + Tamron SP AF 17-50mm f/2.8 XR Di-II LD Aspherical (IF) + CPL (FL:17mm; F/8; 1/60sec; ISO-100)

Masjid Baiturrahman #2 *Taken with Canon EOS 50D + Tamron SP AF 17-50mm f/2.8 XR Di-II LD Aspherical (IF) + CPL (FL:20mm; F/7.1; 1/50sec; ISO-100)

Menara Masjid Baiturrahman #3 *Taken with Canon EOS 50D + Tamron SP AF 17-50mm f/2.8 XR Di-II LD Aspherical (IF) + CPL (FL:24mm; F/4.5; 1/40sec; ISO-640)

Lampu Jalan Masjid Baiturrahman *Taken with Canon EOS 50D + Tamron SP AF 17-50mm f/2.8 XR Di-II LD Aspherical (IF) + CPL (FL:32mm; F/3.5; 1/40sec; ISO-400)

Kota yang sempat kehilangan lebih dari 150rb korban meninggal ataupun hilang karena bencana alam tsunami ini tampak sudah pulih dari sisi pembangunan, namun beberapa sisa-sisa tanda bencana alam tsunami tetap dibiarkan ditempatnya bahkan ada yang sengaja di rawat untuk mengingatkan kita terhadap bencana alam tersebut. Sebuah kapal PLTD apung milik PLN yang terdampat di tengah kota pun tidak dipindahkan dari tempatnya, bahkan menjadi objek wisata bagi orang-orang yang datang ke Banda Aceh.
Kapal PLTD Apung yang terdampar *Taken with Canon EOS 50D + Tamron SP AF 17-50mm f/2.8 XR Di-II LD Aspherical (IF) + CPL (FL:17mm; F/11; 1/30sec; ISO-100)


Kapal/Perahu yang terdampar di Banda Aceh ini bahkan sengaja di pugar dan dijaga oleh warga dan pemerintah Aceh untuk mengenang kejadian bencana alam tsunami tersebut bahkan terdapat perahu yang terdampar diatas rumah masih tetap dibiarkan di sana dan dibangun fasilitas wisata untuk memudahkan wisatawan melihat-lihat perahu yang telah menyelamatkan sekitar 50 manusia yang berhasil naik keatasnya.
Kapal Tsunami Aceh *Taken with Canon EOS 50D + Tamron SP AF 17-50mm f/2.8 XR Di-II LD Aspherical (IF) + CPL (FL:17mm; F/8; 1/25sec; ISO-125)


Sebagai sebuah kota yang merupakan pusat dari kekuasaan Kesultanan Iskandar Muda, sudah pasti Aceh memiliki adat dan kebudayaan yang kental. Aceh memiliki rumah adat yang bentuknya seperti rumah panggung dengan pintu masuk yang kecil akan tetapi luas didalamnya, menurut sebagian warga aceh, bentuk rumah adat aceh ini menggambarkan bahwa akan agak terasa sulit bagi orang lain untuk mengenal orang aceh, akan tetapi begitu kita sudah kenal mereka, mereka akan menerima kita dengan hati besar.
Rumoh Aceh #1 *Taken with Canon EOS 50D + Tamron SP AF 17-50mm f/2.8 XR Di-II LD Aspherical (IF) + CPL (FL:17mm; F/11; 1/60sec; ISO-200)

Rumoh Aceh #2 *Taken with Canon EOS 50D + Tamron SP AF 17-50mm f/2.8 XR Di-II LD Aspherical (IF) + CPL (FL:17mm; F/4.5; 1/60sec; ISO-640)
Tidak hanya indah dengan dengan bangunan dan adat serta kebudayaannya, Aceh juga terkenal keindahannya dari segi alamnya, pantai dengan pasir putih, ombak yang besar, dan terumbu karang yang indah dan terjaga, ada juga sungai yang airnya berasal dari tebing, dan perbukitan yang hijau dan menawan. Pantai Lam Pu'uk adalah pantai yang paling terkenal di Banda Aceh, karena pantai ini merupakan lokasi wisata bagi warga Banda Aceh dan sekitarnya, dimana pasir putihnya sangat indah dan terdapat beberapa fasilitas permainan seperti banana boat dsb.
Pantai Lam Puuk #1 *Taken with Canon EOS 50D + Tamron SP AF 17-50mm f/2.8 XR Di-II LD Aspherical (IF) + CPL (FL:20mm; F/7.1; 1/640sec; ISO-400)

Pantai Lam Puuk #2 *Taken with Canon EOS 50D + Tamron SP AF 17-50mm f/2.8 XR Di-II LD Aspherical (IF) + CPL (FL:20mm; F/7.1; 1/60sec; ISO-400)

Pantai Lam Puuk #3 *Taken with Canon EOS 50D + Tamron SP AF 17-50mm f/2.8 XR Di-II LD Aspherical (IF) + CPL (FL:17mm; F/7.1; 1/40sec; ISO-500)

Sungai Ujong Krueng #1 *Taken with Canon EOS 50D + Tamron SP AF 17-50mm f/2.8 XR Di-II LD Aspherical (IF) + CPL (FL:17mm; F/7.1; 1/60sec; ISO-640)

Sungai Ujong Krueng #2 *Taken with Canon EOS 50D + Tamron SP AF 17-50mm f/2.8 XR Di-II LD Aspherical (IF) + CPL (FL:17mm; F/7.1; 1/60sec; ISO-500)


Sepertinya butuh waktu sampai seminggu untuk bisa menjelajah lebih banyak dan lebih detil lagi isi dari Banda Aceh dan sekitarnya, semoga saya masih bisa kembali kesana dan merekam semuanya bersama kawan-kawan saya di Banda Aceh.

Vijhee, Firman, Buluk (ki-Ka) *Taken with Canon EOS 50D + Tamron SP AF 17-50mm f/2.8 XR Di-II LD Aspherical (IF) + CPL (FL:41mm; F/4; 1/50sec; ISO-500)









4 komentar: